Memblokir bukan berarti membenci, tapi merupakan cara untuk melupa (yang paling ampuh, mungkin). Karena terkadang seseorang butuh ruang untuk sendiri. Butuh fase yang bisa dibilang, "Gak tau dan gak mau tau", dengan alasan hanya tak ingin mengingatnya. Toh, suatu saat pasti akan dibuka lagi (blokirannya) ketika hati sudah merasa baik-baik saja. Dan yang pasti, cara orang untuk melupa itu berbeda-beda. Bagiku ini cara klasik sih. Teori lama. Siapa bilang aku biasa saja setelah 'moment itu'? "Kok gak sedih? Kok masih bisa ketawa-tawa? Kok cepet ngelupainnya?" Sedih pasti. Kalut. Perlu menunjukkan? Bukankah alangkah baiknya jika tetap menunjukkan kebahagiaan di depan publik? Setidaknya terlihat baik-bak saja. Tetap tersenyum, hanya untuk membiasakan diri dengan keadaan. Padahal dalam diri memotivasi, "Gak papa, nanti juga berlalu. Nanti ada gantinya yang jauh lebih baik. Ingat! Tuhan, tahu yang terbaik." Perihal melupa mungkin sulit, butuh waktu. M...
Sekedar catatan dengan goresan tinta elektronik yang menjejak di layar monitor